BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) merupakan
suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit
dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali
diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan
kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur
harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat
mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit
tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat
dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya,
yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai
indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk
mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per
1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup,
angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada
balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI)
per 1000 kelahiran.
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di
Indonesia sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal
pertahun sebelum usia lima tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum
berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan
oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal
(Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).
1.2 Manfaat Penulisan
Sebagaimana diketahui, derajat kesehatan
merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang
digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi
masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari
penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan
mental.
Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali
masalah yang membahas mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit. Dengan makalah
ini, diharapkan agar petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.
Peningkatan keterampilan perawat dan bidan
dalam tata laksana balita sakit secara komprehensif dilaksanakan dengan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau lebih dikenal
dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan secara pre-service dan
atau in-servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan
standar pelayanan bagi balita sakit dan dinilai cost effective serta
berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi dan
balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan benar.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Manajemen
Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas
kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan
kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan
serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999.
Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, maka angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi
(AKB) dan angka kematian balita (AKBA) adalah 19/1000 kelahiran hidup (KH),
34/1000 KH dan 44/1000KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi.
Untuk itu, diperlukan kerja keras dalam upaya menurunkan angka kematian
tersebut, termasuk diantaranya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam
menangani balita sakit, utamanya bidan dan perawat di Puskesmas sebagai lini
terdepan pemberi pelayanan.
2.2 Sejarah
penerapan MTBS di Indonesia
MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas
kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit.
MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi
suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di
fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan
MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di
negara-negara berkembang.
Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu:
1.
Komponen I :
meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit
(dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
2.
Komponen II :
memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif
3.
Komponen III :
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga
dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis
masyarakat”).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi
penekanan pada ketiga komponen harus sama besar.
2.3 Tujuan MTBS
· Menurunkan angka kematian dan kesakitan yang
terkait penyakit tersering pada balita.
· Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab
kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan
(35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari
disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia
(15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %),
penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD
(6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang
dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama
kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang
diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada
MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat
dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993
melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effectiveuntuk mengatasi masalah kematian balita yang
disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang
gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
2.4 Konsep Dasar
Masing-Masing Penyakit Berdasarkan MTBS Pada Balita Sakit.
2.4.1 Penyakit Infeksi
2.4.1 Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyakit
yang banyak ditemui pada masyarakat. Pembagian penyakit infeksi dasar utamanya
adalah dsari penyebabnya . Adapun faktor penyebabnya adalah :
· Bakteri misalnya pada penyakit difteri,
tetanus, TBC, typhus.
· Virus misalnya pada penyakit demam berdarah,
influenza
· Jamur misalnya pada anak-anak yang menderita
gangguan Imunologis tanda-tandanya warna putih pada mulut anak ,bisa juga
terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit lama yang menyebabkan daya tahan
tubuh menurun.
· Parasit misalnya pada malaria dan cacingan.
Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri
Tanyakan :
• Apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya ?
• Apakah bayi kejang ?
Lihat Dan Raba :
• Apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang?
• Hitung napas dalam 1 menit
Jika ≥ 60 kali/ menit, ulangi menghitung.
Apakah bayi bernapas cepat( ≥ 60 kali/menit) atau bayi bernapas
lambat (< 30 kali/menit).
• Lihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat
kuat.
• Dengarkan apakah bayi merintih ?
• Ukur suhu aksiler.
• Lihat, adakah pustul di kulit ?
• Lihat, apakah mata bernanah ?
• Apakah pusar kemerahan atau bernanah ?
Apakah kemerahan meluas sampai ke dinding perut ?
Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri Berat
Tanda / Gejala
• Tidak mau minum atau memuntahkan semua
• Riwayat Kejang
• Bergerak hanya jika dirangsang
• Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit )
• Napas lambat ( < 30 kali / menit )
• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
• Merintih
• Demam ≥ 37.5 °C
• Hipotermia berat < 35.5 °C
• Nanah yang banyak di mata
• Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
Infeksi Bakteri Lokal
Tanda Dan Gejala
• Pustul kulit
• Mata bernanah
• Pusar kemerahan atau bernanah
Mungkin Bukan Infeksi
• Tidak terdapat salah satu tanda di atas.
2.4.2 Diare
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari
frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap
abnormal oleh ibunya. Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam
masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali
perhari.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Penyakit ini ditularkan
secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Diare adalah
penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang. Sekitar
80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja.
Penyebab diare akut paling sering adalah
faktor infeksi. Pada garis besarnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu infeksi
parenteral dan enteral. Infeksi enteral merupakan infeksi dalam usus dimana 50
% diare pada anak disebabkan karena virus.
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari
jumlah tinja dan penurunan konsistensi tinja dari lembek cair sampai cair,
dengan atau tanpa darah dan atau tanpa lendir di dalam tinja, di mana
manifestasi klinik yang utama adalah kehilangan air dan elektrolit melalui
saluran cerna. Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam
masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali
perhari. Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi diare akut dan diare
kronik. Diare kronik adalah diare yang melanjut hingga 2 minggu atau lebih.
Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare
tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi
terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. Diare
tanpa tanda dehidrasi terjadi jika kehilangan cairan <5% BB, diare dehidrasi
ringan sedang jika kehilangan cairan 5-10% BB, dan diare dehidrasi berat jika
kehilangan cairan >10% BB.
Apakah Bayi Diare ?
Jika YA,
Tanyakan :
• Sudah berapa lama ?
Lihat Dan Raba
• Lihat keadaan umum bayi, Apakah :
- Letargis atau tidak sadar ?
- Gelisah/ rewel ?
• Apakah matanya cekung ?
• Cubit kulit perut,
Apakah kembalinya ?
- Sangat lambat ( > 2 detik ) ?
- Lambat ?
Diare Dehidrasi Berat
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Letargis atau tidak sadar.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Gelisah / rewel.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda Dan Gejala
• Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan / sedang
NB :
• Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk
feses, lebih banyak dan lebih cair (lebih banyak air daripada ampasnya).
• Pada bayi dengan ASI eksklusif berak biasanya sering dan
bentuk feses lembek.
2.4.3 Ikterus
Pigmen bernama bilirubin adalah faktor
penyebab dari bayi kuning (ikterus) yang harus di kenali dan waspadai.
Sebetulnya, setiap orang memiliki bilirubin dalam sel darah merahnya. Setiap
jangka waktu tertentu sel darah merah akan mati dan menguraikan sel-selnya
diantaranya menjadi bilirubin. Normalnya yang bertugas menguraikan bilirubin
tersebut adalah hati, untuk kemudian dibuang lewat BAB. Saat bayi masih dalam
kandungan, hati sang ibulah yang mengambil tugas menguraikan bilirubin dalam
sel darah merah bayi. Ketika bayi lahir, perkembangan hatinya belum sempurna
sehingga belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Akibatnya terjadi
penumpukan bilirubin yang kemudian menyebabkan timbulnya warna kuning pada
kulit bayi.
Sebagian lainnya karena ketidak-cocokan
golongan darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebih atau adanya gangguan pengeluarannya.
Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan
bentuk fisiologik dan patologik. Yang bersifat patologik dikenal sebagai
hiperbilirubinemia yang dapat mengakibatkan gangguan saraf pusat atau kematian.
Sampai saat ini ikterus masih merupakan
masalah pada bayi baru lahir, terjadi sekitara 25% - 50% pada bayi lahir cukup
bulan dan lebih tinggi lagi pada bayi lahir kurang bulan. Pemeriksaan adanya
ikterus pada bayi muda dapat dilakukan di rumah dan pada waktu kunjungan
neonatal. Untuk pemeriksaan gejala kuning di rumah adalah dengan membawa bayi
ke dalam ruangan yang memiliki penerangan yang jelas atau dengan lampu
fluorescent. Bila kulit bayi tergolong putih, tekanlah jari anda secara
perlahan-perlahan ke bagian dahi, dada, telapak tangan dan telapak kaki.
Kemudian angkat tangan anda dan perhatikan adakah semburat warna kuning pada
bagian tubuh bayi yang ditekan tadi. Bila kulit bayi tergolong hitam, paling
jelas bisa diteliti pada gusi atau bagian putih di area mata. Sedangkan
pemeriksaan di klinik, dokter anak akan memeriksa kesehatannya. Kadar bilirubin
sendiri baru bergerak pada hari ke 3 atau ke 5 setelah kelahiran. Jadi apakah
tingkat bilirubin bayi anda normal atau tidak, baru diketahui 3 atau 5 hari.
Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Bayi akan diambil
darahnya sedikit, biasanya di ujung jari kaki, kemudian diteliti dan diperiksa
di laboratorium.
Sangat penting untuk mengetahui kapan ikterus
timbul, kapan menghilang dan sampai bagian tubuh mana kuning terlihat. Ketiga
hal tersebut harus diketahui dengan pasti untuk mengklasifikasikan ikterus
secara benar. Pada kasus ketidakcocokan golongan darah ibu dan bayi, ikterus
timbul sebelum umur 3 hari.
Klasifikasi ikterus
Untuk mengklasifikasikannya dilihat dari gejala-gejalanya yaitu:
Ikterus Fisiologis (ringan)
• Timbul kuning pada umur >24 jam sampai <14 hari
• Kuning tidak sampai telapak tangan / telapak kaki
Ikterus fisiologis tidak berbahaya,
penanganannya bayi dijemur setiap pagi antara jam 7 - 9 pagi selama 30 - satu
jam. Tingkatkan frekuensi pemberian ASI, minimal 8 - 12 kali sehari. Jika
dirasakan sudah cukup menyusuinya, sebaiknya perhatikan apakah bayi benar-benar
menghisap atau hanya mengempeng saja. Bila dirasakan ada masalah dalam menyusui
segera lakukan konsultasi di klinik laktasi terdekat. Bila gejala masih tampak
hingga >14 hari segera periksakan ke dokter.
Ikterus Patologis (berat)
• Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir,
atau
• Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari, atau
• Kuning sampai telapak tangan / telapak kaki, atau
• Tinja berwarna pucat
Jika tidak segera ditangani, kadar bilirubin
terus meningkat sehingga dapat meracuni otak, terjadinya kerusakan saraf yang
dapat menyebabkan cacat seperti tuli, pertumbuhan terhambat atau kelumpuhan
otak besar atau bahkan dapat menyebabkan kematian. Jika mengalami salah satu
gejala tersebut di atas segera periksakan bayi ke dokter.
2.3.5 Bayi Berat Lahir Rendah
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah berat
bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
Kejadian BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang terdapat pada ibu hamil sendiri,
diantaranya hipertensi, pendarahan antepartum,
anemia, infeksi, usia, pendidikan, paritas dan frekuensi anc.
Berat bayi saat lahir :
· indikator kesehatan maternal
· prediktor pertumbuhan bayi
· daya tahan hidup bayi
BBLR : semua bayi dengan BBL < 2500 gr
Resiko kesakitan, resiko kematian → cukup tinggi oleh karena :
1. gangguan pertumbuhan
2. imaturitas organ
Insiden BBLR : 15,5 – 17 % dari kelahiran
hidup 95 % di negara sedang berkembang 30 – 40 % disebabkan KMK
Penyebab utama kematian
· afiksia
· sindroma gangguan pernapasan
· infeksi
· komplikasi hipotermia
BBLR terdiri dari 2 kategori
· BKB → UK < 37 minggu : makin kecil umur
kehamilan → makin kurang perkembangan organ2
· KMK → BB lahir < BB lahir umur kehamilan
tetentu : < persentil 10 dari berat spesifik berdasarkan umur kehamilan
BBLR dapat di klasifikasikan sbb berdasarkan BB lahir :
1. BBLR : BBL < 2500 gr
2. BBLSR : BB 1000 – 1500 gr
3. BBLASR : BB < 1000 gr
Berdasarkan umur kehamilan :
1. kurang bulan / pretem / prematur UK < 37 mgg
2. cukup bulan / full term / Aterm UK 37 – 42 mgg
3. lebih bulasn atau post term / serotinus UK > 42 mgg.
Penyebab
• faktor janin
• gawat janin
• kehamilan multiple
• kelainan kromosom
• infeksi
• faktor plasenta previa
• plasenta previa
• abrupsio plasenta
• difungsi plasenta
• faktor lahir
• inkompetensi serviks
• faktor ibu
• polihidramnion
• Infeksi
• Hipertensi
• Penyakit kronis ( jantung, ginjal dsb)
• Malnutrisi, anemia
• Perokok, alkohol, norkotika
• Dan banyak faktor lain
Berbagai masalah pemberian ASI pada bayi Ibu
Walau bayi sudah memiliki refleks menghisap
puting ASI ibu sejak lahir, namun pada awalnya mungkin sulit ia lakukan. Bayi
Ibu memang belum terbiasa. Kadang-kadang, kesulitan pemberian ASI disebabkan
oleh faktor medis yang dapat mempengaruhi selera makan bayi atau proses
penyerapan makanan dan nutrisi.
2.5 Pengkajian Data ( Tanda/Gejala ) Yang Sering Terdapat Pada
Form MTBS
Tanyakan Pada Ibu Mengenai Masalah Anaknya
Tanyakan Pada Ibu Mengenai Masalah Anaknya
Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk
masalah tersebut.
- Pada setiap kunjungan pertama lakukan penilaian sesuai dengan
bagan.
- Pada kunjungan ulang lakukan penilaian secara lengkap, untuk
klasifikasi
Kunjungan pertama gunakan pedoman pelayanan tindak lanjut.
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang atau henti napas.
segera lakukan tindakan /pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan
RUJUK SEGERA
1. Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi
Bakteri
Tanyakan :
• Apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya ?
• Apakah bayi kejang ?
Lihat Dan Raba :
• Apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang?
• Hitung napas dalam 1 menit
Jika ≥ 60 kali/ menit, ulangi menghitung.
Apakah bayi bernapas cepat( ≥ 60 kali/menit) atau bayi bernapas
lambat (< 30 kali/menit).
• Lihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat
kuat.
• Dengarkan apakah bayi merintih ?
• Ukur suhu aksiler.
• Lihat, adakah pustul di kulit ?
• Lihat, apakah mata bernanah ?
• Apakah pusar kemerahan atau bernanah ?
Apakah kemerahan meluas sampai ke dinding perut ?
A. Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri Berat
Tanda / Gejala
• Tidak mau minum atau memuntahkan semua
• Riwayat Kejang
• Bergerak hanya jika dirangsang
• Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit )
• Napas lambat ( < 30 kali / menit )
• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
• Merintih
• Demam ≥ 37.5 °C
• Hipotermia berat < 35.5 °C
• Nanah yang banyak di mata
• Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
B. Infeksi Bakteri Lokal
Tanda Dan Gejala
• Pustul kulit
• Mata bernanah
• Pusar kemerahan atau bernanah
C. Mungkin Bukan Infeksi
• Tidak terdapat salah satu tanda di atas.
2. Apakah Bayi Diare ?
Jika YA,
Tanyakan :
• Sudah berapa lama ?
Lihat Dan Raba
• Lihat keadaan umum bayi, Apakah :
- Letargis atau tidak sadar ?
- Gelisah/ rewel ?
• Apakah matanya cekung ?
• Cubit kulit perut,
Apakah kembalinya ?
- Sangat lambat ( > 2 detik ) ?
- Lambat ?
A. Diare Dehidrasi Berat
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Letargis atau tidak sadar.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
B. Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Gelisah / rewel.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
C. Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda Dan Gejala
• Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan / sedang
NB :
• Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk
feses, lebih banyak dan lebih cair (lebih banyak air daripada ampasnya).
• Pada bayi dengan ASI eksklusif berak biasanya sering dan
bentuk feses lembek.
3. Memeriksa Ikterus
Tanyakan :
• Apakah bayi kuning ?
Jika ya, pada umur berapa timbul kuning ?
• Apakah warna tinja bayi pucat ?
Lihat :
• Lihat, adakah kuning pada bayi ?
• Tentukan sampai di daerah manakah warna kuning pada bagian
badan bayi ?
A. Ikterus Berat
Tanda Dan Gejala
• Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir.
• Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari
• Kuning sampai telapak tangan atau kaki
• Tinja berwarna pucat
B. Ikterus
Tanda Dan Gejala
Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ 14 hari dan tidak
sampai telapak tangan atau kaki
C. Tidak Ada Ikterus
Tanda Dan Gejala
• Tidak kuning.
4. Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan/ Atau Masalah
Pemberian ASI
Jika Tidak Ada Indikasi Untuk Dirujuk
Tanyakan ;
• Apakah inisiasi menyusu dini dilakukan ?
• Apakah bayi bisa menyusu?
• Apakah ibu kesulitan dalam pemberian ASI ?
• Apakah bayi diberi ASI ? Jika YA berapa kali dalam 24 jam ?
• Apakah bayi diberi makanan / minuman selain ASI ? Jika YA,
berapa kali dalam 24 jam ? Alat apa yang digunakan ?
Lihat ;
• Tentukan berat badan menurut umur.
• Adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut ?
• Adakah celah bibir/ langit-langit ?
Lakukan Penilaian Tentang Cara Menyusui :
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir ?
• Jika TIDAK, minta ibu untuk menyusui.
• Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu saudara jika bayi
sudah mau menyusu lagi.
• Amati pemberian ASI dengan seksama.
• Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi
menyusui.
Lihat, apakah bayi menyusu dengan baik ?
• Lihat, apakah posisi bayi benar ?
Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, kepala dan badan bayi
lurus, badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi dekat ke ibu.
• Lihat, apakah bayi melekat dengan baik ?
Dagu bayi menempel payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah
membuka keluar, areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah
mulut.
• Lihat dan dengar, apakah bayi mengisap dengan efektif ?
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya
terdengar suara menelan.
A. Berat Badan Rendah Menurut Umur Dan/ Atau Masalah Pemberian
ASI
Tanda Dan Gejala
• Berat badan menurut umur rendah
• Bayi tidak bisa menyusu
• Ada kesulitan pemberian ASI
• ASI kurang dari 8 kali/ hari
• Mendapat makanan atau minuman lain selain ASI
• Posisi bayi tidak benar
• Tidak melekat dengan baik
• Tidak mengisap dengan efektif.
• Terdapat luka atau bercak putih di mulut (thrush)
• Ada celah bibir / langit-langit
B. Berat Badan Tidak Rendah Dan Tidak Ada Masalah Pemberian ASI
• Tidak terdapat tanda / gejala diatas.
2.6 Perencanaan Tindakan pada Bayi Muda Sakit Sesuai Dengan
Masalah pada Penyakit Masing-masing.
Jika thrush menetap dan/atau bayi tidak mau menyusu dengan baik,
kunjungan ulang 2 hari. Apabila dalam kunjungan ulang kedua keluhan menetap,
rujuk Segera.
1. Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
a. Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
Rencana tindakan:
· jika ada kejang, tangani kejang, cegah agar
gula darah tidak turun,
· jika ada gangguan napas, tangani gangguan
napas.
· jika ada hipotermia, tangani hipotermia
· beri dosis pertama antibiotik intramuskular
· nasihati cara menjaga bayi tetap hangat di
perjalanan
· rujuk segera
b. Infeksi bakteri lokal
Rencana tindakan:
· jika ada pustul kulit atau pusar bernanah,
beri antibiotic oral.
· jika ada nanah di mata, beri salep/ tetes mata
antibiotik
· ajari cara mengobati infeksi bakteri lokal di
rumah
· lakukan asuhan dasar bayi muda
· nasihati kapan kembali segera dan kunjungan
ulang 2 hari
c. Mungkin bukan infeksi
Rencana tindakan:
· ajari cara merawat bayi di rumah.
· Lakukan asuhan dasar bayi muda.
2. Diare
a. Diare dehidrasi berat
Rencana tindakan:
· tangani sesuai rencana terapi
· jika bayi juga mempunyai klasifikasi lain yang
membutuhkan rujukan segera :
· rujuk segera setelah memenuhi syarat rujukan
dan selama perjalanan berikan larutan oralit sedikit demi sedikit.
· nasihati agar asi tetap diberikan jika
memungkinkan.
· cegah agar gula darah tidak turun.
· nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama
perjalanan.
b. Diare dehidrasi ringan/sedang
Rencana tindakan:
· jika bayi tidak mempunyai klasifikasi berat
lain, tangani sesuai rencana terapi
· jika bayi juga mempunyai klasifikasi berat
yang lain :
- rujuk segera dan selama perjalanan beri larutan oralit.
- nasihati agar asi tetap diberikan jika memungkinkan.
- cegah agar gula darah tidak turun.
- nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.
· Lakukan asuhan dasar bayi muda
· nasihati kapan kembali segera.
· Kunjungan ulang 2 hari.
c. Diare tanpa dehidrasi
Rencana tindakan:
· Tangani sesuai rencana terapi.
· nasihati kapan kembali segera.
· Lakukan asuhan dasar bayi muda.
· kunjungan ulang 2 hari.
3. Ikterus
a. Ikterus berat
Rencana tindakan:
· cegah agar gula darah tidak turun.
· nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama
perjalanan.
· Rujuk segera
b. Ikterus
Rencana tindakan:
· lakukan asuhan dasar bayi muda.
· menyusu lebih sering.
· nasihati kapan kembali segera.
· kunjungan ulang 2 hari
c. Tidak ada ikterus
Rencana tindakan:
· lakukan asuhan dasar bayi muda.
4. Kemungkinan berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian
asi
a. Berat badan rendah menurut umur dan/ atau masalah pemberian
asi
Rencana tindakan:
· Lakukan asuhan dasar bayi muda
· nasehati ibu untuk menjaga bayinya tetap
hangat
· ajarkan ibu untuk memberikan asi dengan benar.
· Jika mendapat makanan/ minuman lain selain
asi, berikan asi lebih sering. Makanan / minuman lain dikurangi kemudian
dihentikan.
· jika bayi tidak mendapat asi : rujuk untuk
konseling laktasi dan kemungkinan bayi menyusu lagi
· jika ada celah bibir/ langit-langit, nasihati
tentang alternatif pemberian minum.
· konseling bagi ibu / keluarga.
· Nasihati kapan kembali segera
· kunjungan ulang 2 hari untuk gangguan
pemberian asi dan thrush.
· kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat
badan rendah menurut umur.
b. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian asi
Rencana tindakan:
· pujilah ibu karena telah memberikan asi kepada
bayinya dengan benar.
Tindakan / pengobatan untuk bayi muda yang memerlukan rujukan
segera (tindakan pra rujukan)
Bayi dapat dirujuk apabila :
· suhu ≥ 35,5 °c
· denyut jantung ≥ 100 kali per menit (lihat
pedomanresusitasi neonatus)
· tidak ada tanda dehidrasi berat.
Menangani gangguan napas Pada penyakit sangat berat atau Infeksi
bakteri berat
· Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika
perlu bahu diganjal dengan gulungan kain.
· bersihkan jalan napas dengan menggunakan alat
pengisap lendir.
· jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter
nasal atau nasal prong dengan kecepatan 2 liter per menit.
· Jika terjadi henti napas (apneu), lakukan
resusitasi,
· Sesuai dengan pedoman resusitasi neonatus.
Menangani kejang dengan obat anti kejang
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan obat anti Kejang :
· Obat anti kejang pilihan pertama :
fenobarbital
· Obat anti kejang pilihan kedua : diazepam.
Fenobarbital
100 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml)diberikan secara intramuskular
Diazepam
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml)
diberikan per rektal.
Dosis : 30 berat mg = 0.6 ml • < 2500 gram diberikan 0.25 ml*
berat ≥2500 gramdiberikan 0.50 ml*
* diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml.
Jika kejang timbul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian
Fenobarbital 1 kali lagi dengan dosis yang sama, minimal
Selang waktu 15 menit.
Tindakan / pengobatan untuk bayi muda
Yang tidak memerlukan rujukan
Memberi antibiotik oral yang sesuai
Antibiotik per oral yang sesuai untuk infeksi bakteri lokal :
amoksisilin.
Umur Atau Berat badan Amoksisilin
\Dosis 50 mg / kg bb / hari
Beri tiap 8 jam selama 5 hari
Sirup 125 mg
Setiap 5 ml ( 1 sendok takar) Kaplet 250 mg
1 kaplet dijadikan 5 bungkus Kaplet 500 mg
1 kaplet dijadikan 10 bungkus
1 hari - < 4 minggu
( bb < 3 kg ) ½ sendok takar 1 bungkus 1 bungkus
4 minggu - < 2 bulan
( bb 3 - 4 kg ) ½ sendok takar 2 bungkus 2 bungkus
Konseling bagi ibu / keluarga
Mengajari cara pemberian obat lokal di rumah
Cara mengobati infeksi bakteri lokal
Ada 2 jenis infeksi bakteri lokal pada bayi muda yang dapat
diobati
Ibu di rumah :
infeksi kulit atau pusar.
Infeksi mata
Langkah-langkah yang perlu dilakukan ketika mengajari ibu :
· Jelaskan cara memberi pengobatan tersebut.
· amati cara ibu mempraktekkan di depan saudara.
· cek pemahaman ibu sebelum pulang.
· Cara mengobati infeksi kulit atau pusar
· cuci tangan sebelum mengobati bayi.
· bersihkan nanah dan krusta dengan air matang
dan sabun secara hati-hati.
· keringkan daerah sekitar luka dengan kain
bersih dan kering.
· olesi dengan gentian violet 0,5% atau povidon
yodium.
· Cuci tangan kembali.
Cara menyiapkan gentian violet 0,5% :
1 bagian gentian violet 1% ditambah 1 bagian aquades (misal : 10
ml gentian violet 1% ditambah 10 ml aquades)
Cara mengobati luka atau “thrush” di mulut
cuci tangan sebelum mengobati bayi.
Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari yang
terbungkus kain bersih dan telah dicelupkan ke larutan air matang hangat
bergaram. (1 gelas air hangat olesi mulut dengan gentian violet ditambah
seujung sendok the garam) • 0,25% atau teteskan 1 ml suspensi nistatin.
· cuci tangan kembali.
· Obati luka atau bercak di mulut 3 kali sehari
selama 7 hari.
· Cara menyiapkan gentian violet 0,25% :
· 1 bagian gentian violet 1% ditambah 3 bagian
aquades (misal : 10 ml gentian violet 1% ditambah 30 ml aquades)
Cara mengobati infeksi mata.
· cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi.
· bersihkan kedua mata bayi 3 kali sehari
menggunakan kapas / kain bersih dengan air hangat
· beri salep /tetes mata tetrasiklin 1% atau
kloramfenikol 0,25% pada kedua mata.
· Oleskan salep atau teteskan obat mata pada
bagian dalam kelopak mata bawah.
· Cuci tangan kembali.
· obati sampai kemerahan hilang.
Mengajari ibu menyusui dengan baik
tunjukkan kepada ibu cara memegang bayinya atau posisi bayi yang
benar.
- sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya
saja.
- kepala dan tubuh bayi lurus.
- hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu.
- dekatkan badan bayi ke badan ibu.
Tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :
- menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.
- menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
- segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan yang benar ditandai dengan :
- dagu menempel pada payudara ibu.
- mulut bayi terbuka lebar.
- bibir bawah bayi membuka keluar.
- areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian
bawah.
bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara dalam,
teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap asi, hanya terdengar
suara bayi menelan.
amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi
sudah mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah sekali lagi.
Menasihati ibu kapan kembali segera
Nasihati ibu agar kembali segera, jika bayi menunjukkan
Salah satu gejala berikut ini :
gerakan bayi berkurang atau tidak normal.
Napas cepat.
sesak napas.
perubahan warna kulit (kebiruan, kuning).
malas / tidak bisa menyusu atau minum.
badan teraba dingin atau panas.
kulit bertambah kuning.
bertambah parah.
Menasihati ibu kapan kunjungan ulang
Bayi dengan : Kunjungan ulang
Infeksi bakteri lokal
diare dehidrasi ringan/ sedang.
diare tanpa dehidrasi
ikterus.
masalah pemberian asi
luka atau bercak putih di mulut (thrush).
2 hari
berat badan rendah menurut umur 14 hari
Mengajari ibu cara meningkatkan produksi asi
cara untuk meningkatkan asi adalah dengan menyusui sesering
mungkin.
menyusui lebih sering lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.
menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian.
berikan asi dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya.
jika bayi telah tidur selama 2 jam, bangunkan dan langsung
disusui.
Masalah pemberian asi pada bayi
Masalah Pemecahan
jelaskan bahwa ini Bayi banyak menangis atau rewel • tidak
selalu terkait dengan gangguan pemberian asi.
periksa popok bayi, mungkin basah.
gendong bayi, mungkin perlu perhatian.
Susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum
daripada yang lainnya.
merupakan proses Bayi tidak tidur sepanjang malam • alamiah,
karena pada bayi muda perlu menyusu lebih sering.
Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui pada malam
hari.
Jangan berikan makanan lain.
mungkin bayi Bayi menolak untuk menyusu • bingung puting, karena
sudah diberikan susu botol.
tetap berikan hanya asi (tunggu sampai bayi betul-betul lapar).
Berikan perhatian dan kasih sayang
pastikan bayi menyusu sampai air susu habis
lihat tatalaksana dalam algoritma , kalau perlu di rujuk.
Bayi jangan mudah mengganti asi dengan susu formula tanpa
bingung putting • indikasi medis yang tepat.
ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar.
kalau terpaksa memberikan susu formula, berikan dengan sendok,
pipet, cangkir, jangan menggunakan botol dan dot.
Jangan berikan kempeng.
Bayi prematur dan bayi kecil
berikan (bblr). • asi sesering mungkin walaupun waktu
menyusuinya pendek-pendek.
Jika belum bisa menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau
pompa. Berikan asi dengan sendok atau cangkir.
untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari
ibu yang bersih.
Bayi kuning (ikterus) mulai menyusui segera setelah bayi lahir.
susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi.
teruskan menyusui. Lihat Bayi sakit • tatalaksana dalam
algoritma, kalau perlu rujuk.
Bayi sumbing posisi bayi duduk.
puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat
membantu bayi mendapatkan asi cukup.
ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir
bayi
jika sumbing pada bibir dan langit-langit. Asi dikeluarkan
dengan cara manual ataupun pompa, kemudian diberikan dengan
Sendok/ pipet atau botol dengan dot panjang sehingga asi dapat
masuk dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar
Mengisap dan menelan asi, menyesuaikan dengan irama pernapasannya.
posisi yang mudah adalah posisi Bayi kembar • memegang bola
(football position)
paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan.
susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-masing
bayi, umumnya > 20 menit.
Masalah pemberian asi pada ibu
Masalah Pemecahan
Ibu kawatir bahwa asi nya tidak
Cukup untuk bayi
katakan kepada ibu, bahwa semakin (sindrom asi kurang) • sering
menyusui, semakin banyak air susu yang diproduksi.
Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa
menyusui. Biarkan bayi menyusu sampai payudara terasa kosong.
Berikan asi dari kedua payudara.
hindari pemberian makanan atau minuman selain asi.
Ibu mengatakan bahwa air susunya
jelaskan cara Tidak keluar. • memproduksi dan mengeluarkan asi
susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering. Jangan biarkan
lebih dari 2 jam tanpa menyusui.
Ibu mengeluhkan puting susunya
Ibu Terasa sakit (puting susu lecet) • dapat terus memberikan
asi, pada keadaan luka tidak begitu sakit.
Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi puting susu dengan asi.
Mulai menyusui dari puting yang paling tidak lecet
puting susu dapat diistirahatkan sementara waktu kurang lebih 1
x 24 jam jika puting lecet sangat berat. Selama putting diistirahatkan,
sebaiknya asi tetap dikeluarkan dengan tangan, tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri.
berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam
untuk menghilangkan nyeri. Gunakan bh yang menyokong payudara.
jika ada luka/ bercak putih pada puting susu, segera hubungi
bidan.
Ibu mengeluh payudaranya terlalu
Penuh dan terasa sakit (payudara
Bengkak). usahakan menyusui sampai payudara kosong.
kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut payudara
dari arah pangkal menuju puting.
bantu ibu untuk memerah asi sebelum menyusui kembali.
susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam) setelah payudara
ibu terasa lebih lembut. Apabila bayi tidak dapat menyusu, keluarkan asi dan
minumkan kepada bayi. Kompres payudara dengan kain dingin setelah menyusui.
Keringkan payudara.
jika masih sakit perlu dicek apakah terjadi mastitis.
berikan antibiotic Mastitis dan abses payudara.
berikan obat penghilang rasa nyeri
kompres hangat.
tetap berikan asi dengan posisi yang benar sehingga bayi dapat
mengisap dengan baik.
• telah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak disusukan. jika
Ibu sakit dan tidak mau menyusui
jelaskan bahwa ibu yang Bayinya • minum obat dapat tetap
menyusui bayinya. Susui bayi terlebih dahulu, baru minum obat.
tidurkan bayi di samping ibu dan motivasi ibu supaya
tetap menyusui bayi.
ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan dokter/ bidan, karena
mungkin dapat membahayakan bayi.
Ibu susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera setelah
bekerja • pulang kerumah dan lebih sering pada malam hari.
jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui bayi
sesuai jadwal. Jika tidak ada, perah asi di tempat bekerja.
asi perah disimpan untuk dibawa pulang, atau dikirim ke rumah.
pastikan pengasuh memberikan asi perah / susu formula memakai
cangkir atau sendok
Pelayanan tindak lanjut
Infeksi bakteri lokal
Sesudah 2 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
periksa mata, apakah bernanah, apakah nanah bertambah banyak?
periksa pusar, apakah merah/ keluar nanah? Apakah merah meluas?
periksa pustul pada kulit.
Tindakan :
Jika menetap atau bertambah parah, rujuk segera.
jika membaik,
· untuk pustul kulit dan pusar bernanah teruskan
pemberian antibiotic oral sampai 5 hari.
· untuk mata bernanah, lanjutkan obat
tetes/salep mata sampai nanah hilang.
· untuk pusar merah/bernanah, lanjutkan gentian
violet 0,5% sampai infeksi membaik.
Diare dehidrasi ringan/ sedang
Diare tanpa dehidrasi.
Sesudah 2 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
apakah berat badan turun ≥ 10% dari kunjungan sebelumnya?
Tindakan :
jika didapatkan klasifikasi diare dehidrasi berat atau berat
badan turun
≥ 10%, lakukan tindakan/ pengobatan sesuai bagan.
jika tetap klasifikasi diare dehidrasi ringan/ sedang, lakukan
rencana terapi
jika didapatkan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, lakukan
rencana terapi
jika tidak ada diare, pujilah ibu.
Ikterus
Sesudah 2 hari :
Tanyakan :
apakah kencing ≥ 6 kali sehari semalam?
apakah sering buang air besar?
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Tindakan :
Jika didapat klasifikasi ikterus berat, lakukan tindakan/
pengobatan sesuai bagan.
jika tetap klasifikasi ikterus, disertai :
- kencing ≥ 6 kali sehari semalam, ajari ibu cara merawat bayi
yang tidak perlu rujukan dan kunjungan ulang 2 hari.
- kencing < 6 kali sehari semalam, lakukan penilaian ulang
pemberian asi, tindakan/ pengobatan sesuai bagan.
jika kuning berkurang/ menghilang, puji ibu,
Kunjungan ulang saat umur bayi 14 hari
Berat badan rendah menurut umur
Sesudah 14 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
tetapkan apakah berat badan menurut umur masih rendah?
lakukan penilaian cara menyusui.
Tindakan :
lakukan tindakan / pengobatan sesuai klasifikasi yang ditemukan.
Masalah pemberian asi
Sesudah 2 hari :
Tanya : masalah pemberian asi yang ditemukan saat kunjungan
pertama
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Tindakan :
Jika bayi sudah dapat menyusu dengan baik, puji ibu dan beri
motivasi untuk meneruskan pemberian asi dengan baik.
jika masih terdapat masalah pemberian asi, rujuk segera.
Perhatian :
Jika saudara tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian
asi atau berat badan bayi menurun, rujuk segera.
Luka atau bercak putih (thrush) di mulut
Sesudah 2 hari ;
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Penilaian tentang cara menyusui.
bagaimana keadaan thrush saat ini ?
Tindakan :
jika thrush bertambah parah atau bayi mempunyai masalah dalam
menyusu, rujuk segera.
jika thrush membaik dan bayi menyusu dengan baik, puji ibu dan
lanjutkan pemberian gentian violet 0,25% atau nistatin suspense sampai
seluruhnya 7 hari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi
bayi muda yang berusia kurang dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana bayi muda sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat
berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau
masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena
penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
suatu pendekatan pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO.
Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada
tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek
kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai
bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program
MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur
kurang dari 2 bulan.
3.2 Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang
dapat menyebabkan kematian pada bayi muda dan mengetahui cara penilaian
kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan kepada petugas kesehatan untuk
dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi
muda. Selainitu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat
makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul
MTBS Revisi tahun 2008 .
http://www.scribd.coBAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) merupakan
suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit
dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali
diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan
kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur
harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat
mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit
tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat
dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya,
yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai
indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk
mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per
1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup,
angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada
balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI)
per 1000 kelahiran.
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di
Indonesia sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal
pertahun sebelum usia lima tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum
berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan
oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal
(Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).
1.2 Manfaat Penulisan
Sebagaimana diketahui, derajat kesehatan
merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang
digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi
masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari
penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan
mental.
Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali
masalah yang membahas mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit. Dengan makalah
ini, diharapkan agar petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.
Peningkatan keterampilan perawat dan bidan
dalam tata laksana balita sakit secara komprehensif dilaksanakan dengan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau lebih dikenal
dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan secara pre-service dan
atau in-servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan
standar pelayanan bagi balita sakit dan dinilai cost effective serta
berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi dan
balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan benar.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Manajemen
Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas
kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan
kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan
serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999.
Ditinjau dari hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007, maka angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi
(AKB) dan angka kematian balita (AKBA) adalah 19/1000 kelahiran hidup (KH),
34/1000 KH dan 44/1000KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi.
Untuk itu, diperlukan kerja keras dalam upaya menurunkan angka kematian
tersebut, termasuk diantaranya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam
menangani balita sakit, utamanya bidan dan perawat di Puskesmas sebagai lini
terdepan pemberi pelayanan.
2.2 Sejarah
penerapan MTBS di Indonesia
MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas
kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit.
MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi
suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di
fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan
MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di
negara-negara berkembang.
Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu:
1.
Komponen I :
meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit
(dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
2.
Komponen II :
memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif
3.
Komponen III :
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga
dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis
masyarakat”).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi
penekanan pada ketiga komponen harus sama besar.
2.3 Tujuan MTBS
· Menurunkan angka kematian dan kesakitan yang
terkait penyakit tersering pada balita.
· Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab
kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan
(35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari
disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia
(15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %),
penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD
(6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang
dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama
kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang
diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada
MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat
dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993
melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effectiveuntuk mengatasi masalah kematian balita yang
disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang
gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
2.4 Konsep Dasar
Masing-Masing Penyakit Berdasarkan MTBS Pada Balita Sakit.
2.4.1 Penyakit Infeksi
2.4.1 Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyakit
yang banyak ditemui pada masyarakat. Pembagian penyakit infeksi dasar utamanya
adalah dsari penyebabnya . Adapun faktor penyebabnya adalah :
· Bakteri misalnya pada penyakit difteri,
tetanus, TBC, typhus.
· Virus misalnya pada penyakit demam berdarah,
influenza
· Jamur misalnya pada anak-anak yang menderita
gangguan Imunologis tanda-tandanya warna putih pada mulut anak ,bisa juga
terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit lama yang menyebabkan daya tahan
tubuh menurun.
· Parasit misalnya pada malaria dan cacingan.
Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri
Tanyakan :
• Apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya ?
• Apakah bayi kejang ?
Lihat Dan Raba :
• Apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang?
• Hitung napas dalam 1 menit
Jika ≥ 60 kali/ menit, ulangi menghitung.
Apakah bayi bernapas cepat( ≥ 60 kali/menit) atau bayi bernapas
lambat (< 30 kali/menit).
• Lihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat
kuat.
• Dengarkan apakah bayi merintih ?
• Ukur suhu aksiler.
• Lihat, adakah pustul di kulit ?
• Lihat, apakah mata bernanah ?
• Apakah pusar kemerahan atau bernanah ?
Apakah kemerahan meluas sampai ke dinding perut ?
Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri Berat
Tanda / Gejala
• Tidak mau minum atau memuntahkan semua
• Riwayat Kejang
• Bergerak hanya jika dirangsang
• Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit )
• Napas lambat ( < 30 kali / menit )
• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
• Merintih
• Demam ≥ 37.5 °C
• Hipotermia berat < 35.5 °C
• Nanah yang banyak di mata
• Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
Infeksi Bakteri Lokal
Tanda Dan Gejala
• Pustul kulit
• Mata bernanah
• Pusar kemerahan atau bernanah
Mungkin Bukan Infeksi
• Tidak terdapat salah satu tanda di atas.
2.4.2 Diare
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari
frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap
abnormal oleh ibunya. Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam
masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali
perhari.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Penyakit ini ditularkan
secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Diare adalah
penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang. Sekitar
80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja.
Penyebab diare akut paling sering adalah
faktor infeksi. Pada garis besarnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu infeksi
parenteral dan enteral. Infeksi enteral merupakan infeksi dalam usus dimana 50
% diare pada anak disebabkan karena virus.
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari
jumlah tinja dan penurunan konsistensi tinja dari lembek cair sampai cair,
dengan atau tanpa darah dan atau tanpa lendir di dalam tinja, di mana
manifestasi klinik yang utama adalah kehilangan air dan elektrolit melalui
saluran cerna. Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam
masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali
perhari. Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi diare akut dan diare
kronik. Diare kronik adalah diare yang melanjut hingga 2 minggu atau lebih.
Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare
tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi
terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. Diare
tanpa tanda dehidrasi terjadi jika kehilangan cairan <5% BB, diare dehidrasi
ringan sedang jika kehilangan cairan 5-10% BB, dan diare dehidrasi berat jika
kehilangan cairan >10% BB.
Apakah Bayi Diare ?
Jika YA,
Tanyakan :
• Sudah berapa lama ?
Lihat Dan Raba
• Lihat keadaan umum bayi, Apakah :
- Letargis atau tidak sadar ?
- Gelisah/ rewel ?
• Apakah matanya cekung ?
• Cubit kulit perut,
Apakah kembalinya ?
- Sangat lambat ( > 2 detik ) ?
- Lambat ?
Diare Dehidrasi Berat
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Letargis atau tidak sadar.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Gelisah / rewel.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda Dan Gejala
• Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan / sedang
NB :
• Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk
feses, lebih banyak dan lebih cair (lebih banyak air daripada ampasnya).
• Pada bayi dengan ASI eksklusif berak biasanya sering dan
bentuk feses lembek.
2.4.3 Ikterus
Pigmen bernama bilirubin adalah faktor
penyebab dari bayi kuning (ikterus) yang harus di kenali dan waspadai.
Sebetulnya, setiap orang memiliki bilirubin dalam sel darah merahnya. Setiap
jangka waktu tertentu sel darah merah akan mati dan menguraikan sel-selnya
diantaranya menjadi bilirubin. Normalnya yang bertugas menguraikan bilirubin
tersebut adalah hati, untuk kemudian dibuang lewat BAB. Saat bayi masih dalam
kandungan, hati sang ibulah yang mengambil tugas menguraikan bilirubin dalam
sel darah merah bayi. Ketika bayi lahir, perkembangan hatinya belum sempurna
sehingga belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Akibatnya terjadi
penumpukan bilirubin yang kemudian menyebabkan timbulnya warna kuning pada
kulit bayi.
Sebagian lainnya karena ketidak-cocokan
golongan darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebih atau adanya gangguan pengeluarannya.
Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan
bentuk fisiologik dan patologik. Yang bersifat patologik dikenal sebagai
hiperbilirubinemia yang dapat mengakibatkan gangguan saraf pusat atau kematian.
Sampai saat ini ikterus masih merupakan
masalah pada bayi baru lahir, terjadi sekitara 25% - 50% pada bayi lahir cukup
bulan dan lebih tinggi lagi pada bayi lahir kurang bulan. Pemeriksaan adanya
ikterus pada bayi muda dapat dilakukan di rumah dan pada waktu kunjungan
neonatal. Untuk pemeriksaan gejala kuning di rumah adalah dengan membawa bayi
ke dalam ruangan yang memiliki penerangan yang jelas atau dengan lampu
fluorescent. Bila kulit bayi tergolong putih, tekanlah jari anda secara
perlahan-perlahan ke bagian dahi, dada, telapak tangan dan telapak kaki.
Kemudian angkat tangan anda dan perhatikan adakah semburat warna kuning pada
bagian tubuh bayi yang ditekan tadi. Bila kulit bayi tergolong hitam, paling
jelas bisa diteliti pada gusi atau bagian putih di area mata. Sedangkan
pemeriksaan di klinik, dokter anak akan memeriksa kesehatannya. Kadar bilirubin
sendiri baru bergerak pada hari ke 3 atau ke 5 setelah kelahiran. Jadi apakah
tingkat bilirubin bayi anda normal atau tidak, baru diketahui 3 atau 5 hari.
Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Bayi akan diambil
darahnya sedikit, biasanya di ujung jari kaki, kemudian diteliti dan diperiksa
di laboratorium.
Sangat penting untuk mengetahui kapan ikterus
timbul, kapan menghilang dan sampai bagian tubuh mana kuning terlihat. Ketiga
hal tersebut harus diketahui dengan pasti untuk mengklasifikasikan ikterus
secara benar. Pada kasus ketidakcocokan golongan darah ibu dan bayi, ikterus
timbul sebelum umur 3 hari.
Klasifikasi ikterus
Untuk mengklasifikasikannya dilihat dari gejala-gejalanya yaitu:
Ikterus Fisiologis (ringan)
• Timbul kuning pada umur >24 jam sampai <14 hari
• Kuning tidak sampai telapak tangan / telapak kaki
Ikterus fisiologis tidak berbahaya,
penanganannya bayi dijemur setiap pagi antara jam 7 - 9 pagi selama 30 - satu
jam. Tingkatkan frekuensi pemberian ASI, minimal 8 - 12 kali sehari. Jika
dirasakan sudah cukup menyusuinya, sebaiknya perhatikan apakah bayi benar-benar
menghisap atau hanya mengempeng saja. Bila dirasakan ada masalah dalam menyusui
segera lakukan konsultasi di klinik laktasi terdekat. Bila gejala masih tampak
hingga >14 hari segera periksakan ke dokter.
Ikterus Patologis (berat)
• Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir,
atau
• Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari, atau
• Kuning sampai telapak tangan / telapak kaki, atau
• Tinja berwarna pucat
Jika tidak segera ditangani, kadar bilirubin
terus meningkat sehingga dapat meracuni otak, terjadinya kerusakan saraf yang
dapat menyebabkan cacat seperti tuli, pertumbuhan terhambat atau kelumpuhan
otak besar atau bahkan dapat menyebabkan kematian. Jika mengalami salah satu
gejala tersebut di atas segera periksakan bayi ke dokter.
2.3.5 Bayi Berat Lahir Rendah
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah berat
bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
Kejadian BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang terdapat pada ibu hamil sendiri,
diantaranya hipertensi, pendarahan antepartum,
anemia, infeksi, usia, pendidikan, paritas dan frekuensi anc.
Berat bayi saat lahir :
· indikator kesehatan maternal
· prediktor pertumbuhan bayi
· daya tahan hidup bayi
BBLR : semua bayi dengan BBL < 2500 gr
Resiko kesakitan, resiko kematian → cukup tinggi oleh karena :
1. gangguan pertumbuhan
2. imaturitas organ
Insiden BBLR : 15,5 – 17 % dari kelahiran
hidup 95 % di negara sedang berkembang 30 – 40 % disebabkan KMK
Penyebab utama kematian
· afiksia
· sindroma gangguan pernapasan
· infeksi
· komplikasi hipotermia
BBLR terdiri dari 2 kategori
· BKB → UK < 37 minggu : makin kecil umur
kehamilan → makin kurang perkembangan organ2
· KMK → BB lahir < BB lahir umur kehamilan
tetentu : < persentil 10 dari berat spesifik berdasarkan umur kehamilan
BBLR dapat di klasifikasikan sbb berdasarkan BB lahir :
1. BBLR : BBL < 2500 gr
2. BBLSR : BB 1000 – 1500 gr
3. BBLASR : BB < 1000 gr
Berdasarkan umur kehamilan :
1. kurang bulan / pretem / prematur UK < 37 mgg
2. cukup bulan / full term / Aterm UK 37 – 42 mgg
3. lebih bulasn atau post term / serotinus UK > 42 mgg.
Penyebab
• faktor janin
• gawat janin
• kehamilan multiple
• kelainan kromosom
• infeksi
• faktor plasenta previa
• plasenta previa
• abrupsio plasenta
• difungsi plasenta
• faktor lahir
• inkompetensi serviks
• faktor ibu
• polihidramnion
• Infeksi
• Hipertensi
• Penyakit kronis ( jantung, ginjal dsb)
• Malnutrisi, anemia
• Perokok, alkohol, norkotika
• Dan banyak faktor lain
Berbagai masalah pemberian ASI pada bayi Ibu
Walau bayi sudah memiliki refleks menghisap
puting ASI ibu sejak lahir, namun pada awalnya mungkin sulit ia lakukan. Bayi
Ibu memang belum terbiasa. Kadang-kadang, kesulitan pemberian ASI disebabkan
oleh faktor medis yang dapat mempengaruhi selera makan bayi atau proses
penyerapan makanan dan nutrisi.
2.5 Pengkajian Data ( Tanda/Gejala ) Yang Sering Terdapat Pada
Form MTBS
Tanyakan Pada Ibu Mengenai Masalah Anaknya
Tanyakan Pada Ibu Mengenai Masalah Anaknya
Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk
masalah tersebut.
- Pada setiap kunjungan pertama lakukan penilaian sesuai dengan
bagan.
- Pada kunjungan ulang lakukan penilaian secara lengkap, untuk
klasifikasi
Kunjungan pertama gunakan pedoman pelayanan tindak lanjut.
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang atau henti napas.
segera lakukan tindakan /pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan
RUJUK SEGERA
1. Memeriksa Kemungkinan Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi
Bakteri
Tanyakan :
• Apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya ?
• Apakah bayi kejang ?
Lihat Dan Raba :
• Apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang?
• Hitung napas dalam 1 menit
Jika ≥ 60 kali/ menit, ulangi menghitung.
Apakah bayi bernapas cepat( ≥ 60 kali/menit) atau bayi bernapas
lambat (< 30 kali/menit).
• Lihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam yang sangat
kuat.
• Dengarkan apakah bayi merintih ?
• Ukur suhu aksiler.
• Lihat, adakah pustul di kulit ?
• Lihat, apakah mata bernanah ?
• Apakah pusar kemerahan atau bernanah ?
Apakah kemerahan meluas sampai ke dinding perut ?
A. Penyakit Sangat Berat Atau Infeksi Bakteri Berat
Tanda / Gejala
• Tidak mau minum atau memuntahkan semua
• Riwayat Kejang
• Bergerak hanya jika dirangsang
• Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit )
• Napas lambat ( < 30 kali / menit )
• Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
• Merintih
• Demam ≥ 37.5 °C
• Hipotermia berat < 35.5 °C
• Nanah yang banyak di mata
• Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
B. Infeksi Bakteri Lokal
Tanda Dan Gejala
• Pustul kulit
• Mata bernanah
• Pusar kemerahan atau bernanah
C. Mungkin Bukan Infeksi
• Tidak terdapat salah satu tanda di atas.
2. Apakah Bayi Diare ?
Jika YA,
Tanyakan :
• Sudah berapa lama ?
Lihat Dan Raba
• Lihat keadaan umum bayi, Apakah :
- Letargis atau tidak sadar ?
- Gelisah/ rewel ?
• Apakah matanya cekung ?
• Cubit kulit perut,
Apakah kembalinya ?
- Sangat lambat ( > 2 detik ) ?
- Lambat ?
A. Diare Dehidrasi Berat
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Letargis atau tidak sadar.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
B. Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang
Tanda Dan Gejala
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
• Gelisah / rewel.
• Mata cekung.
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
C. Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda Dan Gejala
• Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan / sedang
NB :
• Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk
feses, lebih banyak dan lebih cair (lebih banyak air daripada ampasnya).
• Pada bayi dengan ASI eksklusif berak biasanya sering dan
bentuk feses lembek.
3. Memeriksa Ikterus
Tanyakan :
• Apakah bayi kuning ?
Jika ya, pada umur berapa timbul kuning ?
• Apakah warna tinja bayi pucat ?
Lihat :
• Lihat, adakah kuning pada bayi ?
• Tentukan sampai di daerah manakah warna kuning pada bagian
badan bayi ?
A. Ikterus Berat
Tanda Dan Gejala
• Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir.
• Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari
• Kuning sampai telapak tangan atau kaki
• Tinja berwarna pucat
B. Ikterus
Tanda Dan Gejala
Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ 14 hari dan tidak
sampai telapak tangan atau kaki
C. Tidak Ada Ikterus
Tanda Dan Gejala
• Tidak kuning.
4. Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan/ Atau Masalah
Pemberian ASI
Jika Tidak Ada Indikasi Untuk Dirujuk
Tanyakan ;
• Apakah inisiasi menyusu dini dilakukan ?
• Apakah bayi bisa menyusu?
• Apakah ibu kesulitan dalam pemberian ASI ?
• Apakah bayi diberi ASI ? Jika YA berapa kali dalam 24 jam ?
• Apakah bayi diberi makanan / minuman selain ASI ? Jika YA,
berapa kali dalam 24 jam ? Alat apa yang digunakan ?
Lihat ;
• Tentukan berat badan menurut umur.
• Adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut ?
• Adakah celah bibir/ langit-langit ?
Lakukan Penilaian Tentang Cara Menyusui :
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir ?
• Jika TIDAK, minta ibu untuk menyusui.
• Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu saudara jika bayi
sudah mau menyusu lagi.
• Amati pemberian ASI dengan seksama.
• Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi
menyusui.
Lihat, apakah bayi menyusu dengan baik ?
• Lihat, apakah posisi bayi benar ?
Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, kepala dan badan bayi
lurus, badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi dekat ke ibu.
• Lihat, apakah bayi melekat dengan baik ?
Dagu bayi menempel payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah
membuka keluar, areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah
mulut.
• Lihat dan dengar, apakah bayi mengisap dengan efektif ?
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya
terdengar suara menelan.
A. Berat Badan Rendah Menurut Umur Dan/ Atau Masalah Pemberian
ASI
Tanda Dan Gejala
• Berat badan menurut umur rendah
• Bayi tidak bisa menyusu
• Ada kesulitan pemberian ASI
• ASI kurang dari 8 kali/ hari
• Mendapat makanan atau minuman lain selain ASI
• Posisi bayi tidak benar
• Tidak melekat dengan baik
• Tidak mengisap dengan efektif.
• Terdapat luka atau bercak putih di mulut (thrush)
• Ada celah bibir / langit-langit
B. Berat Badan Tidak Rendah Dan Tidak Ada Masalah Pemberian ASI
• Tidak terdapat tanda / gejala diatas.
2.6 Perencanaan Tindakan pada Bayi Muda Sakit Sesuai Dengan
Masalah pada Penyakit Masing-masing.
Jika thrush menetap dan/atau bayi tidak mau menyusu dengan baik,
kunjungan ulang 2 hari. Apabila dalam kunjungan ulang kedua keluhan menetap,
rujuk Segera.
1. Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
a. Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
Rencana tindakan:
· jika ada kejang, tangani kejang, cegah agar
gula darah tidak turun,
· jika ada gangguan napas, tangani gangguan
napas.
· jika ada hipotermia, tangani hipotermia
· beri dosis pertama antibiotik intramuskular
· nasihati cara menjaga bayi tetap hangat di
perjalanan
· rujuk segera
b. Infeksi bakteri lokal
Rencana tindakan:
· jika ada pustul kulit atau pusar bernanah,
beri antibiotic oral.
· jika ada nanah di mata, beri salep/ tetes mata
antibiotik
· ajari cara mengobati infeksi bakteri lokal di
rumah
· lakukan asuhan dasar bayi muda
· nasihati kapan kembali segera dan kunjungan
ulang 2 hari
c. Mungkin bukan infeksi
Rencana tindakan:
· ajari cara merawat bayi di rumah.
· Lakukan asuhan dasar bayi muda.
2. Diare
a. Diare dehidrasi berat
Rencana tindakan:
· tangani sesuai rencana terapi
· jika bayi juga mempunyai klasifikasi lain yang
membutuhkan rujukan segera :
· rujuk segera setelah memenuhi syarat rujukan
dan selama perjalanan berikan larutan oralit sedikit demi sedikit.
· nasihati agar asi tetap diberikan jika
memungkinkan.
· cegah agar gula darah tidak turun.
· nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama
perjalanan.
b. Diare dehidrasi ringan/sedang
Rencana tindakan:
· jika bayi tidak mempunyai klasifikasi berat
lain, tangani sesuai rencana terapi
· jika bayi juga mempunyai klasifikasi berat
yang lain :
- rujuk segera dan selama perjalanan beri larutan oralit.
- nasihati agar asi tetap diberikan jika memungkinkan.
- cegah agar gula darah tidak turun.
- nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.
· Lakukan asuhan dasar bayi muda
· nasihati kapan kembali segera.
· Kunjungan ulang 2 hari.
c. Diare tanpa dehidrasi
Rencana tindakan:
· Tangani sesuai rencana terapi.
· nasihati kapan kembali segera.
· Lakukan asuhan dasar bayi muda.
· kunjungan ulang 2 hari.
3. Ikterus
a. Ikterus berat
Rencana tindakan:
· cegah agar gula darah tidak turun.
· nasihati cara menjaga bayi tetap hangat selama
perjalanan.
· Rujuk segera
b. Ikterus
Rencana tindakan:
· lakukan asuhan dasar bayi muda.
· menyusu lebih sering.
· nasihati kapan kembali segera.
· kunjungan ulang 2 hari
c. Tidak ada ikterus
Rencana tindakan:
· lakukan asuhan dasar bayi muda.
4. Kemungkinan berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian
asi
a. Berat badan rendah menurut umur dan/ atau masalah pemberian
asi
Rencana tindakan:
· Lakukan asuhan dasar bayi muda
· nasehati ibu untuk menjaga bayinya tetap
hangat
· ajarkan ibu untuk memberikan asi dengan benar.
· Jika mendapat makanan/ minuman lain selain
asi, berikan asi lebih sering. Makanan / minuman lain dikurangi kemudian
dihentikan.
· jika bayi tidak mendapat asi : rujuk untuk
konseling laktasi dan kemungkinan bayi menyusu lagi
· jika ada celah bibir/ langit-langit, nasihati
tentang alternatif pemberian minum.
· konseling bagi ibu / keluarga.
· Nasihati kapan kembali segera
· kunjungan ulang 2 hari untuk gangguan
pemberian asi dan thrush.
· kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat
badan rendah menurut umur.
b. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian asi
Rencana tindakan:
· pujilah ibu karena telah memberikan asi kepada
bayinya dengan benar.
Tindakan / pengobatan untuk bayi muda yang memerlukan rujukan
segera (tindakan pra rujukan)
Bayi dapat dirujuk apabila :
· suhu ≥ 35,5 °c
· denyut jantung ≥ 100 kali per menit (lihat
pedomanresusitasi neonatus)
· tidak ada tanda dehidrasi berat.
Menangani gangguan napas Pada penyakit sangat berat atau Infeksi
bakteri berat
· Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika
perlu bahu diganjal dengan gulungan kain.
· bersihkan jalan napas dengan menggunakan alat
pengisap lendir.
· jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter
nasal atau nasal prong dengan kecepatan 2 liter per menit.
· Jika terjadi henti napas (apneu), lakukan
resusitasi,
· Sesuai dengan pedoman resusitasi neonatus.
Menangani kejang dengan obat anti kejang
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan obat anti Kejang :
· Obat anti kejang pilihan pertama :
fenobarbital
· Obat anti kejang pilihan kedua : diazepam.
Fenobarbital
100 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml)diberikan secara intramuskular
Diazepam
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml)
diberikan per rektal.
Dosis : 30 berat mg = 0.6 ml • < 2500 gram diberikan 0.25 ml*
berat ≥2500 gramdiberikan 0.50 ml*
* diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml.
Jika kejang timbul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian
Fenobarbital 1 kali lagi dengan dosis yang sama, minimal
Selang waktu 15 menit.
Tindakan / pengobatan untuk bayi muda
Yang tidak memerlukan rujukan
Memberi antibiotik oral yang sesuai
Antibiotik per oral yang sesuai untuk infeksi bakteri lokal :
amoksisilin.
Umur Atau Berat badan Amoksisilin
\Dosis 50 mg / kg bb / hari
Beri tiap 8 jam selama 5 hari
Sirup 125 mg
Setiap 5 ml ( 1 sendok takar) Kaplet 250 mg
1 kaplet dijadikan 5 bungkus Kaplet 500 mg
1 kaplet dijadikan 10 bungkus
1 hari - < 4 minggu
( bb < 3 kg ) ½ sendok takar 1 bungkus 1 bungkus
4 minggu - < 2 bulan
( bb 3 - 4 kg ) ½ sendok takar 2 bungkus 2 bungkus
Konseling bagi ibu / keluarga
Mengajari cara pemberian obat lokal di rumah
Cara mengobati infeksi bakteri lokal
Ada 2 jenis infeksi bakteri lokal pada bayi muda yang dapat
diobati
Ibu di rumah :
infeksi kulit atau pusar.
Infeksi mata
Langkah-langkah yang perlu dilakukan ketika mengajari ibu :
· Jelaskan cara memberi pengobatan tersebut.
· amati cara ibu mempraktekkan di depan saudara.
· cek pemahaman ibu sebelum pulang.
· Cara mengobati infeksi kulit atau pusar
· cuci tangan sebelum mengobati bayi.
· bersihkan nanah dan krusta dengan air matang
dan sabun secara hati-hati.
· keringkan daerah sekitar luka dengan kain
bersih dan kering.
· olesi dengan gentian violet 0,5% atau povidon
yodium.
· Cuci tangan kembali.
Cara menyiapkan gentian violet 0,5% :
1 bagian gentian violet 1% ditambah 1 bagian aquades (misal : 10
ml gentian violet 1% ditambah 10 ml aquades)
Cara mengobati luka atau “thrush” di mulut
cuci tangan sebelum mengobati bayi.
Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari yang
terbungkus kain bersih dan telah dicelupkan ke larutan air matang hangat
bergaram. (1 gelas air hangat olesi mulut dengan gentian violet ditambah
seujung sendok the garam) • 0,25% atau teteskan 1 ml suspensi nistatin.
· cuci tangan kembali.
· Obati luka atau bercak di mulut 3 kali sehari
selama 7 hari.
· Cara menyiapkan gentian violet 0,25% :
· 1 bagian gentian violet 1% ditambah 3 bagian
aquades (misal : 10 ml gentian violet 1% ditambah 30 ml aquades)
Cara mengobati infeksi mata.
· cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi.
· bersihkan kedua mata bayi 3 kali sehari
menggunakan kapas / kain bersih dengan air hangat
· beri salep /tetes mata tetrasiklin 1% atau
kloramfenikol 0,25% pada kedua mata.
· Oleskan salep atau teteskan obat mata pada
bagian dalam kelopak mata bawah.
· Cuci tangan kembali.
· obati sampai kemerahan hilang.
Mengajari ibu menyusui dengan baik
tunjukkan kepada ibu cara memegang bayinya atau posisi bayi yang
benar.
- sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya
saja.
- kepala dan tubuh bayi lurus.
- hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu.
- dekatkan badan bayi ke badan ibu.
Tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :
- menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.
- menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
- segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan yang benar ditandai dengan :
- dagu menempel pada payudara ibu.
- mulut bayi terbuka lebar.
- bibir bawah bayi membuka keluar.
- areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian
bawah.
bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara dalam,
teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap asi, hanya terdengar
suara bayi menelan.
amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi
sudah mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah sekali lagi.
Menasihati ibu kapan kembali segera
Nasihati ibu agar kembali segera, jika bayi menunjukkan
Salah satu gejala berikut ini :
gerakan bayi berkurang atau tidak normal.
Napas cepat.
sesak napas.
perubahan warna kulit (kebiruan, kuning).
malas / tidak bisa menyusu atau minum.
badan teraba dingin atau panas.
kulit bertambah kuning.
bertambah parah.
Menasihati ibu kapan kunjungan ulang
Bayi dengan : Kunjungan ulang
Infeksi bakteri lokal
diare dehidrasi ringan/ sedang.
diare tanpa dehidrasi
ikterus.
masalah pemberian asi
luka atau bercak putih di mulut (thrush).
2 hari
berat badan rendah menurut umur 14 hari
Mengajari ibu cara meningkatkan produksi asi
cara untuk meningkatkan asi adalah dengan menyusui sesering
mungkin.
menyusui lebih sering lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.
menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian.
berikan asi dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya.
jika bayi telah tidur selama 2 jam, bangunkan dan langsung
disusui.
Masalah pemberian asi pada bayi
Masalah Pemecahan
jelaskan bahwa ini Bayi banyak menangis atau rewel • tidak
selalu terkait dengan gangguan pemberian asi.
periksa popok bayi, mungkin basah.
gendong bayi, mungkin perlu perhatian.
Susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum
daripada yang lainnya.
merupakan proses Bayi tidak tidur sepanjang malam • alamiah,
karena pada bayi muda perlu menyusu lebih sering.
Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui pada malam
hari.
Jangan berikan makanan lain.
mungkin bayi Bayi menolak untuk menyusu • bingung puting, karena
sudah diberikan susu botol.
tetap berikan hanya asi (tunggu sampai bayi betul-betul lapar).
Berikan perhatian dan kasih sayang
pastikan bayi menyusu sampai air susu habis
lihat tatalaksana dalam algoritma , kalau perlu di rujuk.
Bayi jangan mudah mengganti asi dengan susu formula tanpa
bingung putting • indikasi medis yang tepat.
ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar.
kalau terpaksa memberikan susu formula, berikan dengan sendok,
pipet, cangkir, jangan menggunakan botol dan dot.
Jangan berikan kempeng.
Bayi prematur dan bayi kecil
berikan (bblr). • asi sesering mungkin walaupun waktu
menyusuinya pendek-pendek.
Jika belum bisa menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau
pompa. Berikan asi dengan sendok atau cangkir.
untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari
ibu yang bersih.
Bayi kuning (ikterus) mulai menyusui segera setelah bayi lahir.
susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi.
teruskan menyusui. Lihat Bayi sakit • tatalaksana dalam
algoritma, kalau perlu rujuk.
Bayi sumbing posisi bayi duduk.
puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat
membantu bayi mendapatkan asi cukup.
ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir
bayi
jika sumbing pada bibir dan langit-langit. Asi dikeluarkan
dengan cara manual ataupun pompa, kemudian diberikan dengan
Sendok/ pipet atau botol dengan dot panjang sehingga asi dapat
masuk dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar
Mengisap dan menelan asi, menyesuaikan dengan irama pernapasannya.
posisi yang mudah adalah posisi Bayi kembar • memegang bola
(football position)
paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan.
susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-masing
bayi, umumnya > 20 menit.
Masalah pemberian asi pada ibu
Masalah Pemecahan
Ibu kawatir bahwa asi nya tidak
Cukup untuk bayi
katakan kepada ibu, bahwa semakin (sindrom asi kurang) • sering
menyusui, semakin banyak air susu yang diproduksi.
Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa
menyusui. Biarkan bayi menyusu sampai payudara terasa kosong.
Berikan asi dari kedua payudara.
hindari pemberian makanan atau minuman selain asi.
Ibu mengatakan bahwa air susunya
jelaskan cara Tidak keluar. • memproduksi dan mengeluarkan asi
susui sesuai keinginan bayi dan lebih sering. Jangan biarkan
lebih dari 2 jam tanpa menyusui.
Ibu mengeluhkan puting susunya
Ibu Terasa sakit (puting susu lecet) • dapat terus memberikan
asi, pada keadaan luka tidak begitu sakit.
Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi puting susu dengan asi.
Mulai menyusui dari puting yang paling tidak lecet
puting susu dapat diistirahatkan sementara waktu kurang lebih 1
x 24 jam jika puting lecet sangat berat. Selama putting diistirahatkan,
sebaiknya asi tetap dikeluarkan dengan tangan, tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri.
berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam
untuk menghilangkan nyeri. Gunakan bh yang menyokong payudara.
jika ada luka/ bercak putih pada puting susu, segera hubungi
bidan.
Ibu mengeluh payudaranya terlalu
Penuh dan terasa sakit (payudara
Bengkak). usahakan menyusui sampai payudara kosong.
kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut payudara
dari arah pangkal menuju puting.
bantu ibu untuk memerah asi sebelum menyusui kembali.
susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam) setelah payudara
ibu terasa lebih lembut. Apabila bayi tidak dapat menyusu, keluarkan asi dan
minumkan kepada bayi. Kompres payudara dengan kain dingin setelah menyusui.
Keringkan payudara.
jika masih sakit perlu dicek apakah terjadi mastitis.
berikan antibiotic Mastitis dan abses payudara.
berikan obat penghilang rasa nyeri
kompres hangat.
tetap berikan asi dengan posisi yang benar sehingga bayi dapat
mengisap dengan baik.
• telah terjadi abses, sebaiknya payudara yang sakit tidak disusukan. jika
Ibu sakit dan tidak mau menyusui
jelaskan bahwa ibu yang Bayinya • minum obat dapat tetap
menyusui bayinya. Susui bayi terlebih dahulu, baru minum obat.
tidurkan bayi di samping ibu dan motivasi ibu supaya
tetap menyusui bayi.
ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan dokter/ bidan, karena
mungkin dapat membahayakan bayi.
Ibu susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera setelah
bekerja • pulang kerumah dan lebih sering pada malam hari.
jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui bayi
sesuai jadwal. Jika tidak ada, perah asi di tempat bekerja.
asi perah disimpan untuk dibawa pulang, atau dikirim ke rumah.
pastikan pengasuh memberikan asi perah / susu formula memakai
cangkir atau sendok
Pelayanan tindak lanjut
Infeksi bakteri lokal
Sesudah 2 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
periksa mata, apakah bernanah, apakah nanah bertambah banyak?
periksa pusar, apakah merah/ keluar nanah? Apakah merah meluas?
periksa pustul pada kulit.
Tindakan :
Jika menetap atau bertambah parah, rujuk segera.
jika membaik,
· untuk pustul kulit dan pusar bernanah teruskan
pemberian antibiotic oral sampai 5 hari.
· untuk mata bernanah, lanjutkan obat
tetes/salep mata sampai nanah hilang.
· untuk pusar merah/bernanah, lanjutkan gentian
violet 0,5% sampai infeksi membaik.
Diare dehidrasi ringan/ sedang
Diare tanpa dehidrasi.
Sesudah 2 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
apakah berat badan turun ≥ 10% dari kunjungan sebelumnya?
Tindakan :
jika didapatkan klasifikasi diare dehidrasi berat atau berat
badan turun
≥ 10%, lakukan tindakan/ pengobatan sesuai bagan.
jika tetap klasifikasi diare dehidrasi ringan/ sedang, lakukan
rencana terapi
jika didapatkan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, lakukan
rencana terapi
jika tidak ada diare, pujilah ibu.
Ikterus
Sesudah 2 hari :
Tanyakan :
apakah kencing ≥ 6 kali sehari semalam?
apakah sering buang air besar?
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Tindakan :
Jika didapat klasifikasi ikterus berat, lakukan tindakan/
pengobatan sesuai bagan.
jika tetap klasifikasi ikterus, disertai :
- kencing ≥ 6 kali sehari semalam, ajari ibu cara merawat bayi
yang tidak perlu rujukan dan kunjungan ulang 2 hari.
- kencing < 6 kali sehari semalam, lakukan penilaian ulang
pemberian asi, tindakan/ pengobatan sesuai bagan.
jika kuning berkurang/ menghilang, puji ibu,
Kunjungan ulang saat umur bayi 14 hari
Berat badan rendah menurut umur
Sesudah 14 hari :
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
tetapkan apakah berat badan menurut umur masih rendah?
lakukan penilaian cara menyusui.
Tindakan :
lakukan tindakan / pengobatan sesuai klasifikasi yang ditemukan.
Masalah pemberian asi
Sesudah 2 hari :
Tanya : masalah pemberian asi yang ditemukan saat kunjungan
pertama
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Tindakan :
Jika bayi sudah dapat menyusu dengan baik, puji ibu dan beri
motivasi untuk meneruskan pemberian asi dengan baik.
jika masih terdapat masalah pemberian asi, rujuk segera.
Perhatian :
Jika saudara tidak yakin akan ada perubahan dalam cara pemberian
asi atau berat badan bayi menurun, rujuk segera.
Luka atau bercak putih (thrush) di mulut
Sesudah 2 hari ;
Periksa : lakukan penilaian lengkap.
Penilaian tentang cara menyusui.
bagaimana keadaan thrush saat ini ?
Tindakan :
jika thrush bertambah parah atau bayi mempunyai masalah dalam
menyusu, rujuk segera.
jika thrush membaik dan bayi menyusu dengan baik, puji ibu dan
lanjutkan pemberian gentian violet 0,25% atau nistatin suspense sampai
seluruhnya 7 hari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi
bayi muda yang berusia kurang dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana bayi muda sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat
berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau
masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena
penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah
suatu pendekatan pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO.
Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada
tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek
kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai
bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program
MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur
kurang dari 2 bulan.
3.2 Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang
dapat menyebabkan kematian pada bayi muda dan mengetahui cara penilaian
kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan kepada petugas kesehatan untuk
dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi
muda. Selainitu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat
makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul
MTBS Revisi tahun 2008 .
http://www.scribd.com/doc/16592261/Buku-Bagan-MTBSRevisi-2008
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arif M, dkk . 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Supartini, Yeni. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak Cetakan 1. Jakarta : EGC
Wong, Donna. L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
http://bidanku.com/index.php?/Bayi-Kuning-Kenali-dan-Waspadai
m/doc/16592261/Buku-Bagan-MTBSRevisi-2008
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arif M, dkk . 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Supartini, Yeni. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak Cetakan 1. Jakarta : EGC
Wong, Donna. L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
http://bidanku.com/index.php?/Bayi-Kuning-Kenali-dan-Waspadai